Untuk
melakukan suatu pengukuran para ilmuwan menentukan berbagai besaran
fisis yang dapat diukur di laboratorium.Hasil pengukuran selalu
mengandung dua hal, yaitu nilai dan satuan. Sesuatu yang dapat diukur
dan memiliki satuan disebut besaran. Besaran fisika dibedakan menjadi
dua, yaitu besaran pokok dan besaran turunan.
Besaran Pokok
Besaran
pokok adalah besaran yang satuannya telah didefinisikan atau
ditetapkan dengan baku. Konferensi Umum mengenai Berat dan Ukuran
ke-14 (1971), berdasarkan hasil-hasil pertemuan sebelumnya dan
hasil-hasil Panitia Internasional, menetapkan tujuh besaran sebagai
dasar. Ketujuh besaran ini merupakan dasar bagi Sistem Satuan
Internasional, disingkat SI, berasal dari bahasa Perancis Le
Systeme Internasionald’Unites,
seperti ditunjukkan pada Tabel berikut
ini.
|
Besaran dan Satuan Dasar SI |
Awalan-awalan
untuk faktor yang lebih dari satu berasal dari bahasa Yunani,
sedangkan yang kurang dari satu berasal dari bahasa Latin (kecuali
untuk femto dan atto, yang ditambahkan belakangan, berasal dari
bahasa Denmark).
Seringkali
dijumpai besaran fisis seperti jari-jari bumi dan selang waktu antara
dua kejadian nuklir dalam satuan SI berupa bilangan-bilangan yang
sangat besar atau sangat kecil. Agar lebih sederhana dianjurkan
penggunaan awalan seperti ditunjukkan dalam Tabel berikut
ini.
|
Awalan-awalan SI |
Satuan
pengukuran ada yang baku dan ada yang tidak baku. Di negara kita
sering dikenal satuan yang tidak baku, misalnya hasta, depa, jengkal,
kilan, dan sebagainya. Satuan ini sangat menyulitkan dalam komunikasi
apalagi untuk kepentingan ilmiah.
Untuk
menentukan satuan standar dari suatu besaran, harus dipenuhi
syarat-syarat standar yang baik yaitu:
tetap, tidak mengalami perubahan dalam keadaan
apapun;
dapat
digunakan secara internasional;
mudah
ditiru.
Ada
dua sistem satuan lain yang sering dijumpai di samping SI yaitu:
Sistem
Gaussian, banyak literatur fisika masih dinyatakan dalam sistem ini.
Sistem
British, sampai sekarang masih banyak dipakai di daerah bekas
jajahan Inggris (Amerika, Inggris, Australia, dan tempat-tempat
lain).
Satuan
dasarnya adalah panjang (foot), gaya (pound), dan waktu (second).
Dengan diterimanya SI secara resmi, sistem British sedang dihilangkan
di Inggris.
Standar
untuk SI
Definisi
standar dari 7 besaran pokok panjang, massa, waktu, arus listrik,
suhu, jumlah zat, dan intensitas cahaya, sebagai berikut:
Panjang
Satuan
standar panjang adalah meter (m).Awalnya, yang dimaksud dengan satu
meter adalah sepersepuluh juta kali jarak dari kutub utara ke
katulistiwa sepanjang garis bujur (meredian) yang melalui Paris.
Setelah batang standar meter dibuat dan dilakukan pengukuran yang
teliti, ternyata ada perbedaan sedikit (sekitar 0,023%) dari harga
yang dimaksud.Standar panjang internasional yang pertama adalah
sebuah batang terbuat dari platinum iridium yang disebut sebagai
meter standar. Standar meter ini disimpan di The International
Bureau of Weights and Measures, Sevres, Paris.Dalam pertemuan ke-11
Konferensi Umum Mengenai Berat dan Ukuran (1960), satu meter
didefinisikan sebagai 1.650.763,73 kali panjang gelombang sinar
jingga yang dipancarkan oleh atom-atom gas Krypton-86 pada suatu
peristiwa lucutan listrik di ruang hampa. Pada tahun 1983, definisi
satu meter adalah jarak yang ditempuh cahaya dalam ruang hampa
selama selang waktu 1/299 792 458 sekon.
Massa
Satuan
standar massa adalah kilogram (kg). Standar SI untuk massa adalah
sebuah silinder platina iridium yang disebut kilogram standar, yang
disimpan di The International Bureau of Weights and Measures,
Sevres, Paris. Berdasarkan perjanjian internasional massa kilogram
standar ini ditetapkan memiliki massa satu kilogram. Berdasarkan
kilogram standar ini dibuat tiruannya yang dikirimkan ke berbagai
negara. Massa dari benda-benda lain dapat ditentukan dengan
menggunakan teknik neraca berlengan sama (equal-arm
balance)
dengan ketelitian 2 bagian adalah 108.
Waktu
Satuan
standar waktu adalah sekon (s), atau detik (det). Satu detik
didefinisikan selang waktu yang diperlukan atom Caesium 133
(Cs133)
untuk melakukan getaran 9.192.631.770 kali.
Suhu
Satuan
standar suhu adalah kelvin (K), yaitu 1/273,16 dari temperatur
termodinamika dari titik triple air. Nol kelvin (0oK)
disebut nol mutlak. Satu kelvin sama dengan satu derajat pada skala
suhu Celcius.
Kuat
Arus Listrik
Satuan
standar kuat arus listrik adalah ampere (A), yaitu arus pada dua
kawat panjang paralel yang terpisah sejauh 1 meter dan menimbulkan
gaya magnetik per satuan panjang sebesar 2x10-7
N/m.
Jumlah
Zat
Satuan
standar jumlah zat adalah mol, yaitu jumlah zat yang berupa wujud
elementer dalam 0,012 kilogram carbon-12. Wujud elementer ini
mungkin atom, molekul, ion, elektron, foton, dan sebagainya. Satu
mol mengandung 6,02252 x 1023
partikel
elementer. Satu mol dari unsur dengan massa atom relatif A mempunyai
massa A gram (disebut gram atom). Satu mol senyawa dengan massa
molekuler relatif M mempunyai massa M gram (disebut gram molekul).
Intensitas
Cahaya
Satuan
standar intensitas cahaya adalah kandela (cd) yaitu intensitas
cahaya, dalam arah tegak lurus permukaan benda hitam seluas
1/600.000 m2
pada
temperatur beku platinum dengan tekanan 1 atmosfer.
Besaran
Turunan
Besaran
turunan adalah besaran yang diturunkan dari satu atau lebih
besaran-besaran pokok. Contoh: volume (m3)
diturunkan dari satuan panjang, massa jenis (kg/m3)
diturunkan dari satuan massa (kg) dan satuan panjang (m), kecepatan
(m/s) diturunkan dari satuan panjang (m) dan waktu (s), dan
sebagainya.
Ketelitian
dalam Pengukuran
Dalam
memahami fenomena alam sekitar, para ilmuwan selalu mencari
keterkaitan antara berbagai besaran fisis secara kuantitatif dalam
bentuk persamaan dengan menggunakan simbol-simbol yang mewakili
besaran-besaran tersebut.
Untuk menentukan besaran fisis dilakukan pengukuran secara teliti
melalui suatu percobaan di laboratorium. Dalam melakukan pengukuran,
selalu akan muncul kesalahan atau ketidakpastian. Oleh karena itu
ketika melaporkan hasil pengukurannya harus disertakan pula
kesalahannya. Berdasarkan kesalahannya itu dapat diketahui seberapa
tepat dan teliti hasil eksperimen yang diperoleh.
Contoh,
hasil pengukuran panjang balok, dituliskan (7,2 ± 0,1) cm. Artinya,
panjang balok tersebut berada antara (7,2 – 0,1) cm, dan (7,2 +
0,1) cm. Jadi hasil pengukurannya tidak tepat 7,2 cm, melainkan
antara 7,1 cm dan 7,3 cm. Angka ± 0,1 menyatakan
kesalahan/ketidakpastian.
Ketelitian
dan ketepatan hasil suatu pengukuran bergantung kepada alat ukur yang
digunakan. Makin kecil pembagian skala suatu alat ukur, semakin besar
ketelitian hasil pengukurannya atau semakin kecil kesalahannya.
Mengukur menggunakan jangka sorong (dengan skala terkecil 0,1 mm),
lebih teliti dibandingkan dengan menggunakan mistar (dengan skala
terkecil 1 mm). Meskipun kita dapat memilih alat ukur dengan skala
sangat kecil sekalipun, tidak mungkin diperoleh hasil yang tepat
secara mutlak, pasti ada kesalahan. Sumber
utama yang menimbulkan kesalahan dalam pengukuran adalah:
Kesalahan
Sistematik
Kesalahan
sistematik berasal dari alat ukur yang digunakan atau kondisi yang
menyertai saat pengukuran. Termasuk kesalahan sistematik adalah:
Kesalahan
alat
Kesalahan
ini muncul akibat kalibrasi skala penunjukan angka pada alat tidak
tepat, sehingga pembacaan skala menjadi tidak sesuai dengan
sebenarnya. Untuk mengatasi kesalahan alat, harus dilakukan
kalibrasi setiap alat tersebut digunakan.
Kesalahan
nol
Kesalahan
penunjukan alat pada skala nol. Untuk mengatasi kesalahan ini,
sebelum alat ini digunakan harus diatur dulu titik nol alat, dan
diperhitungkan dalam menentukan hasil pengukurannya.
Waktu
respon yang tidak tepat
Kesalahan
pengukuran ini muncul akibat waktu pengukuran tidak bersamaan dengan
saat munculnya data yang seharusnya diukur, sehingga data yang
diperoleh bukan data sebenarnya. Untuk mengatasi kesalahan ini,
pengukuran yang dilakukan harus tepat seperti apa yang seharusnya
diukur.
Kondisi
yang tidak sesuai
Kesalahan
pengukuran ini muncul karena kondisi alat ukur dipengaruhi oleh
kejadian yang hendak diukur. Untuk
mengatasi kesalahan ini kondisinya disesuaikan dengan aturan yang
harus dilakukan terhadap alat ukur yang digunakan.
Kesalahan Kebetulan (random)
Kesalahan kebetulan umumnya bersumber dari dua
hal, yaitu:
- Pada gejala yang tidak mungkin dikendalikan secara pasti. Gejala tersebut umumnya merupakan perubahan yang sangat cepat dan acak hingga pengaturannya diluar kemampuan kita. Misalnya: fluktuasi pada besaran listrik, getaran landasan pesawat, getaran KA, dan lain-lain.
Pada pengukuran berulang, sehingga hasil-hasil yang diperoleh bervariasi dari harga rata-ratanya. Hasil pengukurannya menjadi berbeda antara yang satu dengan yang lain, karena kondisi pengukuran memang sebenarnya telah berbeda antara satu pengukuran dengan pengukuran yang lain; kesalahan alat ukur yang digunakan; dan bersumber dari kesalahan lain yang berkaitan dengan kegiatan pengukuran.
Kesalahan Pengamatan
Kesalahan
pengamatan merupakan kesalahan pengukuran yang bersumber dari
kekurang terampilan manusia saat melakukan kegiatan pengukuran.
Misalnya: cara pembacaan skala tidak tegak lurus (paralaks); salah
dalam membaca skala, dan pengetesan alat ukur yang kurang tepat.