Setelah
makanan diperlakukan secara mekanik dan kimiawi
di dalam mulut,
selanjutnya makanan akan didorong oleh lidah menuju saluran
kerongkongan, yang panjangnya kurang lebih 20 cm dan lebar 2 cm. Di
dalam kerongkongan ini makanan hanya lewat selama kurang lebih 6
detik. Setelah itu makanan akan
didorong ke dalam lambung. Dinding
kerongkongan terdiri dari empat lapisan. Lapisan mukosa yang terletak
di bagian dalam dibentuk oleh epitel berlapis (pipih) yang diteruskan
ke faring di bagian atas dan mengalami perubahan yang menyolok pada
perbatasan kerongkongan-lambung, menjadi epitel selapis toraks pada
lambung. Mukosa kerongkongan dalam keadaan normal bersifat alkali
(basa) dan tidak tahan terhadap isi lambung yang sangat asam.
Lapisan
submukosa mengandung sel-sel sekretori yang menghasilkan mukus. Mukus
mempermudah jalannya makanan waktu menelan dan melindungi mukosa dari
“cedera” akibat zat kimia. Lapisan otot di luar tersusun
longitudinal dan di dalam tersusun sirkular. Sepertiga atas kerong-
kongan adalah otot rangka. Sedangkan sepertiga bawah adalah otot
polos. Daerah peralihan terdapat di tengah dan mengandung otot rangka
dan otot polos.
Susunan
otot-otot yang demikian menyebabkan kerongkongan dapat melakukan
gerakan otomatis kembang kempis. Gerakan ini disebut gerak
peristaltik yang menyebabkan makanan dapat bergerak menuju lambung.
Lapisan luar kerongkongan tidak seperti saluran cerna lainnya tidak
terdiri atas serosa tetapi jaringan fibrosa yang menebal. Persarafan
utama kerongkongan dilakukan oleh serabut-serabut simpatis dan
parasimpatis dibawa oleh nervus vagus yang dianggap merupakan saraf
motorik kerongkongan. Makanan
bisa mencapai lambung bukan karena lambung terletak di bawah
kerongkongan, melainkan akibat gerak peristaltik dinding otot
kerongkongan.
Untuk materi Biologi lainnya silahkan klik Gambar berikut!
Demikianlah materi tantang Kerongkongan (Esofagus) Sebagai Sistem Pencernaan Manusia ini saya sampaikan, semoga bermanfaat ...