Kehidupan di dunia tidak akan terlepas dari ikatan. Coba bayangkan dapatkah kalian hidup sendirian tanpa teman? Rasanya sangat sulit bukan? Semua makhluk selalu ingin berikatan. Manusia hidup dengan menjalin berbagai ikatan, mulai dari ikatan perkawinan berdasarkan perbedaan jenis kelamin. Kemudian ikatan lebih lanjut mulai dari satu keluarga, satu rukun tetangga (RT), rukun warga (RW), sampai ikatan yang lebih besar dengan berbagai tujuan.
Demikian pula halnya dengan atom dan molekul yang merupakan benda mati itupun tidak luput dari ikatan. Ikatan yang terjadi antaratom beraneka ragam, mulai dari ikatan karena perbedaan muatan (positif negatif), ikatan karena gaya berdasarkan gaya tarik-menarik dipol-dipol sesaat, ikatan yang membentuk jembatan hidrogen, dan ikatan-ikatan yang lain.
Kenyataan
di alam sangat jarang ditemukan atom dalam bentuk bebas. Atom-atom
dalam bentuk bebas hanya ditemui pada suhu relatif tinggi. Agar
menjadi stabil, atom-atom akan saling membentuk kelompok atom
(misalnya O2 , H2) atau membentuk molekul (CH4
, H2O). Atom yang membentuk molekul akan mempunyai sifat
jauh berbeda dengan atom-atom asalnya. Pada setiap molekul terdapat
gaya tarik-menarik antaratom. Gaya tarik-menarik antaratom dalam
molekul dinamakan ikatan kimia.
Gaya
tarik-menarik antarmolekul, yaitu gaya yang menyebabkan
antarmolekul menjadi terikat dalam satu kelompok atau merupakan
interaksi antara molekul-molekul dalam suatu zat (unsur atau senyawa)
melalui gaya elektrostatis. Gaya antarmolekul ini sangat dipengaruhi
kepolaran dari masing- masing molekul. Gaya tarik-menarik
antarmolekul sangat berkaitan dengan sifat fisika dari senyawa yang
bersangkutan.
Beberapa
sifat fisika dari senyawa antara lain titik didih, titik beku,
kelarutan, kerapatan, tekanan uap, dan tekanan osmosis.
1.
Gaya tarik-menarik dipol sesaat-dipol terimbas (gaya London)
Elektron
akan senantiasa bergerak dalam orbital. Perpindahan elektron dari
satu orbital ke orbital lain mengakibatkan suatu molekul yang tadinya
bersifat nonpolar dapat menjadi polar. Sehingga timbul dipol (polar)
sesaat. Dipol tersebut disebut sesaat karena dapat berubah jutaan
kali setiap detiknya. Hal ini disebabkan adanya tarikan antara
elektron satu molekul dan inti molekul lain.
Suatu
getaran dalam sebuah molekul mengimbas suatu geseran dalam
elektron-elektron molekul tetangga. Tarikan lemah ini pertama kali
diuraikan oleh ilmuwan fisika, berasal dari Jerman, Fritz London
(dikenal London), pada tahun 1930-an sehingga sering disebut gaya
London. Mekanismenya terlihat seperti gambar di bawah ini.
Mekanisme
terjadinya gaya London.
Berdasarkan
gambar di atas dapat dijelaskan sebagai berikut.
Molekul nonpolar mempunyai sebaran muatan lautan elektron setimbang
dan simetris dalam keadaan normal, elektron terdistribusi merata
dalam molekul.
Pada waktu-waktu tertentu (sesaat) dapat terjadi pengutuban atau
pembentukan dipol yang disebut dipol sesaat.
Sisi bermuatan parsial negatif dari dipol sesaat akan mempengaruhi
kerapatan elektron molekul terdekat sehingga membentuk dipol, hal
ini memungkinkan dua molekul membentuk ikatan yang disebut gaya
London.
Gaya tarik-menarik ini hanya berlangsung sesaat, dikarenakan dipol
sesaat dan terimbas muncul mengikuti fluktuasi elektron.
Molekul
mempunyai sifat polarisabilitas berbeda-beda. Polarisabilitas
merupakan kemudahan suatu molekul untuk membentuk dipol sesaat atau
mengimbas suatu dipol. Polarisabilitas sangat erat hubungannya dengan
massa relatif molekul. Pada umumnya molekul dengan jumlah elektron
yang besar akan lebih mudah mengalami polarisabilitas. Jika semakin
besar nomor massa molekul relatif, maka semakin kuat pula gaya London
yang bekerja pada molekul itu. Misal, dua molekul propana saling
menarik dengan kuat dibandingkan dua molekul metana. Molekul dengan
distribusi elektron besar lebih kuat saling menarik daripada molekul
yang elektronnya kuat terikat. Misal molekul I2 akan
saling tarik-menarik lebih kuat daripada molekul F2 yang
lebih kecil.
Dengan
demikian titik didih I2 akan lebih besar jika dibandingkan
dengan titik didih F2. Molekul yang mempunyai bentuk
molekul panjang lebih mudah mengalami polarisabilitas dibandingkan
dengan molekul dengan bentuk simetris. Misal deretan hidrokarbon
dengan rantai cabang akan mempunyai titik didih lebih rendah jika
dibandingkan dengan hidrokarbon dengan rantai lurus. Normal butana
mempunyai titik didih lebih tinggi dibandingkan isobutana yang
memiliki rantai cabang.
2.
Gaya tarik-menarik dipol-dipol
Molekul
dengan sebaran elektron tidak simetris akan bersifat polar. Molekul
ini akan memiliki perbedaan muatan (dipol) yang menyebabkan bersifat
polar. Molekul yang mempunyai momen dipol permanen disebut polar.
Sedangkan senylautanya dinamakan senyawa polar. Molekul-molekul yang
ada di dalam senyawa polar cenderung untuk menyusun diri sehingga
ujung yang berbeda muatan akan saling mendekat dan saling
tarik-menarik. Gaya tarik-menarik dipol-dipol merupakan gaya
tarik-menarik antara dua molekul polar. Dipol-dipol molekul tersebut
akan saling tarik pada kutub-kutub dengan muatan berllautanan, yaitu
positif dan negatif.
Kekuatan
tarikan yang timbul akan lebih besar daripada tarikan pada molekul
nonpolar. Jadi, zat-zat yang mempunyai molekul- molekul polar
cenderung memiliki titik didih dan titik leleh lebih tinggi daripada
molekul nonpolar dengan ukuran sama.
Bagan
gaya tarik dipol-dipol suatu senyawa.
Gaya
antarmolekul, seperti gaya London dan gaya tarik dipol-dipol, secara
bersama-sama sering disebut sebagai gaya Van der Waals . Gaya London
terdapat pada setiap zat, baik bersifat polar maupun nonpolar.
Sedangkan gaya tarik dipol- dipol hanya terdapat dalam senyawa polar.
Dalam hal ini, gaya Van der waals juga memiliki peran cukup penting.
Karena dalam membandingkan titik didih atau sifat fisika lainnya
tidak dapat hanya dilihat dari satu sisi, gaya tarik dipol
sesaat-dipol terimbas atau gaya tarik menarik dipol-dipol. Gaya
London lebih dominan daripada dipol-dipol.
Contoh
Jelaskan
mana yang lebih besar titik didihnya HI atau HCl?
Jawab:
HCl
mempunyai momen dipol 1,08 lebih polar jika dibandingkan dengan HI
(0,38). Kenyataan HI mempunyai titik didih lebih tinggi dibandingkan
HCl, mengapa? Jika ditinjau dari massa molekul relatif, maka massa
molekul relatif HCl (Mr = 35,5) lebih kecil dari HI (Mr = 127,9).
Oleh karena itu, massa HI lebih besar dari HCl sehingga gaya London
HI lebih kuat dari HCl. Dengan demikian, gaya Van der Waal HI lebih
besar daripada Hcl
Contoh
lain CO2 dan H2O. Karbon dioksida, CO2
bersifat karakteristik dari molekul-molekul di mana momen ikatan
saling mematikan. Artinya momen dipol (total dipol) molekul tersebut
sama dengan 0. Walaupun ikatan kovalen dalam molekul tersebut, C = O,
bersifat polar, penataan yang simetris dari ikatan menyebabkan
momen-momen ikatan saling meniadakan dan molekul keseluruhan bersifat
nonpolar.
Dari
rumus senyawa larutanya saja, dapat diduga bahwa molekul H2O
akan analog dengan molekul CO2 . Tetapi pada kenyataannya,
H2O mempunyai momen dipol yang cukup besar. Selain itu,
H2O memiliki domain elektron bebas dan membentuk sudut
sehingga molekul H2O bersifat polar. Untuk lebih jelasnya,
perhatikan gambar di bawah ini.
Bentuk
molekul H2O dan CO2.
3.
Ikatan hidrogen
Ikatan
hidrogen merupakan gaya tarik-menarik dipol-dipol dengan kekuatan
besar (sekitar 5-10 kali lebih besar). Ikatan ini terjadi jika
molekul polar mengandung satu atom hidrogen terikat pada atom yang
sangat elektronegatif seperti F, O, dan N. Ikatan kovalen polar
antara hidrogen dan salah satu atom itu akan terpolarisasi dan
tarikan antara molekul-molekul itu cukup kuat. Besar energi ikatannya
sekitar 13-30 kJ mol–1 .
Atom-atom
yang dapat membentuk ikatan hidrogen adalah N dalam NH3, O
dalam H2O, dan F dalam HF. Hal ini dapat dipahami karena
ketiga atom tersebut memiliki elektronegativitas yang tertinggi.
Perhatikan gambar di bawah ini.
Ikatan
hidrogen dalam senyawa H2O dan HF. Tanda ... menunjukkan
ikatan hidrogen.
Pada
umumnya terdapat hubungan antara titik didih suatu senyawa dengan
massa molekul relatifnya. Titik didih akan naik jika massa molekul
relatif juga naik, kecuali HF, H2O, dan NH3 .
Ketiga senyawa tersebut mempunyai titik didih yang tinggi
dibandingkan senyawa lain dalam kelompoknya. Perhatikan Gambar
berikut!
Hubungan
titik didih dengan massa molekul.
Fakta
tersebut menunjukkan bahwa adanya gaya tarik-menarik antarmolekul HF,
H2O, dan NH3 bersifat polar, gaya
dipol-dipolnya tidak cukup kuat untuk menerangkan titik didih yang
mencolok tersebut.
Peristiwa
tersebut menunjukkan adanya ikatan hidrogen pada senyawa itu. Ikatan
F-H, O-H, dan N-H bersifat sangat polar, atom H dalam senyawa
tersebut sangat positif. Akibatnya atom H dari satu molekul terikat
kuat pada atom tetangganya yang memiliki elektronegativitas tinggi.