A.
Ciri-ciri tumbuhan paku
Dibandingkan
dengan lumut, tumbuhan paku menunjukkan ciri yang lebih maju. Pada
tumbuhan paku telah ditemukan akar, batang, dan daun yang sebenarnya.
Batang tumbuhan paku memiliki pembuluh/berkas pengangkut, ciri ini
belum dijumpai pada lumut. Habitus/ perawakannya sangat
beranekaragam, mulai dari tumbuhan paku dengan daun-daun kecil dengan
struktur yang sangat sederhana sampai tumbuhan paku dengan daun
mencapai 2 meter dengan struktur yang rumit.
Tumbuhan
paku ada yang belum memiliki batang yang nyata (hanya berupa rizom),
tapi juga ada yang memiliki batang sebenarnya (paku pohon). Daun
tumbuhan paku bermacam-macam, dibedakan menurut ukuran, atau menurut
fungsinya. Menurut ukurannya daun tumbuhan paku dibedakan menjadi
mikrofil (daun berukuran kecil) dan makrofil (daun berukuran besar).
Adapun menurut fungsinya daun tumbuhan paku dibedakan menjadi daun
fertil atau sporofil (daun penghasil spora) dan daun steril atau
tropofil (daun untuk fotosintesis). Daun penghasil spora biasanya
juga dapat berfungsi untuk fotosintesis, daun semacam ini disebut
troposporofil.
Habitat
tumbuhan paku ada yang di tanah, ada yang epifit pada pohon lain dan
ada yang hidup di air. Karena itu ada tiga macam tumbuhan paku, yaitu
paku tanah, paku epifit, dan paku air. Umumnya tumbuhan paku menyukai
tempat yang teduh dengan tingkat kelembaban udara yang tinggi.
B.
Reproduksi tumbuhan paku
Seperti
halnya lumut, tumbuhan paku juga mengalami pergiliran keturunan atau
metagenesis. Gametofitnya dinamakan protalium yang merupakan hasil
perkecambahan spora haploid. Bentuk protalium menyerupai jantung,
berwarna hijau, melekat pada substrat dengan menggunakan rizoid,
ukurannya hanya beberapa sentimeter saja.
Protalium
menghasilkan spora dengan bentuk dan ukuran yang bermacam-macam.
Generasi sporofit berupa tumbuhan paku. Dalam suatu protalium akan
dibentuk arkegonium (badan penghasil ovum) dan anteridium (badan
penghasil spermatozoid). Ovum dan spermatozoid dengan media air akan
bertemu, lalu melebur menjadi zigot. Selanjutnya zigot akan tumbuh
dan berkembang menjadi tumbuhan paku yang merupakan sporofit. Pada
daun fertil dibentuk sporangium (kotak spora), di dalamnya terdapat
sel induk spora yang akan membelah secara meiosis membentuk spora
haploid. Akhirnya sporangium pecah dan spora-spora keluar. Jika jatuh
di tempat yang sesuai spora akan berkecambah membentuk protalium.
Dengan demikian siklus hidup berulang lagi.
Tumbuhan
paku merupakan tumbuhan kormus, batang berpembuluh, daunnya terdiri
daun steril (trofofil) dan daun fertil (sporofil). Batangnya berupa
rizoma atau batang berkayu (pada paku pohon). Tumbuhan paku
menghasilkan spora, mengalami metagenensis, generasi sporofit berumur
panjang, gametofit berupa protalium yang berukuran kecil dan berumur
pendek.
|
Daur hidup paku-pakuan. |
Menurut
spora yang dihasilkan, tumbuhan paku dibedakan menjadi 3 kelompok,
yaitu:
1)
Tumbuhan paku homospor
Tumbuhan
paku yang menghasilkan spora dengan bentuk dan ukuran sama tidak
dapat dibedakan jenisnya antara spora jantan atau spora betina.
Contohnya Lycopodium clavatum (paku kawat).
2)
Tumbuhan paku heterospor
Tumbuhan
paku yang menghasilkan spora dengan bentuk, ukuran, dan jeninya
berbeda yaitu mikrospora (spora berukuran kecil, berjenis jantan),
dan makrospora (spora berukuran besar, dan berjenis betina).
Contohnya Selaginella sp (paku rane), Marsilea sp (semanggi).
3)
Tumbuhan paku peralihan
Tumbuhan
paku yang menghasilkan spora dengan bentuk dan ukuran sama, namun
terdapat spora jantan dan spora betina. Contohnya Equisetum debile
(paku ekor kuda).