A.
Matahari Sebagai Pusat Tata Surya
Matahari
merupakan sumber energi untuk kehidupan yang berkelanjutan. Panas
matahari menghangatkan bumi dan membentuk iklim, sedangkan cahayanya
menerangi Bumi serta dipakai oleh tumbuhan untuk proses fotosintesis.
Tanpa matahari, tidak akan ada kehidupan di bumi karena banyak reaksi
kimia yang tidak dapat berlangsung.
Matahari
merupakan bintang terdekat dengan Bumi dengan jarak rata-rata sekitar
150 juta kilometer (93.026.724 mil) yang berbentuk seperti bola
raksasa dengan diameter 1.392.000 kilometer atau 865.000 mil, sama
dengan 109 kali diameter bumi. Matahari terbentuk dari gas hidrogen
(74%) dan helium (25%).
|
Matahari |
Senyawa
penyusun lainnya terdiri dari besi, nikel, silikon, sulfur,
magnesium, karbon, neon, kalsium, dan kromium. Cahaya matahari
berasal dari hasil reaksi fusi hidrogen menjadi helium. Matahari
termasuk bintang berwarna kuning (Bintang golongan G) yang berperan
sebagai pusat tata surya. Seluruh komponen tata surya termasuk 8
planet dan satelit masing-masing, planet-planet kerdil, asteroid,
komet, dan debu angkasa berputar mengelilingi matahari.
Nicolas
Copernicus adalah orang pertama yang mengemukakan teori bahwa
matahari adalah pusat peredaran tata surya di abad 16. Teori ini
kemudian dibuktikan oleh Galileo Galilei dan pengamat angkasa
lainnya. Teori yang kemudian dikenal dengan nama ini mematahkan teori
geosentris (bumi sebagai pusat tata surya) yang dikemukakan oleh
Ptolemy dan telah bertahan sejak abad ke dua sebelum masehi.
Matahari
tergolong bintang tipe G, dengan ciri memiliki suhu permukaan
sekitar 6.000
oC dan umumnya bertahan selama 10 juta tahun. Matahari
diperkirakan berusia sekitar 7 juta tahun lagi, sebelum hidrogen di
intinya habis. Bila hal tersebut terjadi, matahari akan berekspansi
menjadi bintang raksasa berwarna merah yang dingin dan 'memakan'
planet-planet kecil di sekitarnya (mungkin termasuk Bumi) sebelum
akhirnya kembali menjadi bintang kerdil berwarna putih kembali.
Matahari
memiliki gaya gravitasi sebanding dengan 28 kali gravitasi di Bumi.
Secara teori hal tersebut berarti bila seseorang memiliki berat 100
kg di Bumi maka bila berjalan di permukaan matahari beratnya akan
terasa seperti 2.800 kg. Gravitasi matahari memungkinkannya menarik
semua komponen-komponen penyusunnya membentuk suatu bentuk bola
sempurna. Gravitasi matahari jugalah yang menahan planet-planet yang
mengelilinginya tetap berada pada orbit masing- masing. Pengaruh dari
gravitasi matahari masih dapat terasa hingga jarak 2 tahun cahaya.
Radiasi
matahari, lebih dikenal sebagai cahaya matahari, adalah campuran
gelombang elektromagnetik yang terdiri dari gelombang inframerah,
cahaya tampak, sinar ultraviolet. Semua gelombang elektromagnetik ini
bergerak dengan kecepatan sekitar 3,0
x 108 m/s.. Oleh karena itu
radiasi atau cahaya memerlukan waktu 8 menit untuk sampai ke bumi.
Matahari juga menghasilkan sinar gamma, namun frekuensinya semakin
kecil seiring dengan jaraknya meninggalkan inti.
Sama
halnya dengan Bumi, Matahari juga berotasi pada sumbunya selama
sekitar 27 hari untuk mencapai satu kali putaran. Gerakan rotasi ini
pertama kali diketahui melalui pengamatan terhadap perubahan posisi
bintik matahari. Sumbu rotasi matahari miring sejauh 7,25° dari
sumbu orbit bumi sehingga kutub utara matahari akan lebih terlihat di
bulan September sementara kutub selatan matahari lebih terlihat di
bulan Maret.
B.
Struktur Matahari
Matahari
memiliki 6 lapisan yang memiliki karakteristik yang berbeda. Lapisan-
lapisan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
1.
Inti Matahari
Inti
matahari adalah area terdalam dari matahari dan merupakan tempat
berlangsungnya reaksi fusi nuklir helium menjadi hidrogen. Reaksi
fusi nuklir (termonuklir) ini diperoleh dari energi panas di dalam
inti sehingga menyebabkan pergerakan elektron dan proton sangat cepat
dan bertabrakan satu dengan yang lain. Energi hasil reaksi
termonuklir di inti berupa sinar gamma dan neutrino memberi tenaga
sangat besar sekaligus menghasilkan seluruh energi panas dan cahaya
yang diterima di bumi. Energi tersebut dibawa keluar dari matahari
melalui radiasi. Inti matahari memiliki suhu sekitar 15 juta derajat
Celcius (27 juta derajat Fahrenheit). Suhu dan tekanan yang
sedemikian tingginya memungkinkan adanya pemecahan atom-atom menjadi
elektron, proton, dan neutron. Neutron yang tidak bermuatan akan
meninggalkan inti menuju bagian matahari yang lebih luar.
2.
Zona Radiatif
Zona
ini adalah daerah yang menyelubungi inti matahari. Energi dari inti
dalam bentuk radiasi berkumpul di daerah ini sebelum diteruskan ke
bagian matahari yang lebih luar. Kepadatan zona radiatif adalah
sekitar 20 g/cm3 dengan suhu dari bagian dalam ke luar
antara 7 juta hingga 2 juta derajat Celcius. Suhu dan densitas zona
radiatif masih cukup tinggi, namun tidak memungkinkan terjadinya
reaksi fusi nuklir.
3.
Zona Konvektif
Zona
ini adalah lapisan di mana suhu mulai menurun. Suhunya sekitar 2 juta
derajat Celcius (3.5 juta derajat Fahrenheit). Setelah keluar dari
zona radiatif, atom-atom berenergi dari inti matahari akan bergerak
menuju lapisan lebih luar yang memiliki suhu lebih rendah. Penurunan
suhu tersebut menyebabkan terjadinya perlambatan gerakan atom
sehingga pergerakan secara radiasi menjadi kurang efisien lagi.
Energi dari inti matahari membutuhkan waktu 170.000 tahun untuk
mencapai zona konvektif. Saat berada di zona konvektif, pergerakan
atom akan terjadi secara konveksi di area sepanjang beberapa ratus
kilometer yang tersusun atas sel-sel gas raksasa yang terus
bersirkulasi. Atom-atom bersuhu tinggi yang baru keluar dari zona
radiatif akan bergerak dengan lambat mencapai lapisan terluar zona
konvektif yang lebih dingin menyebabakan atom-atom tersebut "jatuh"
kembali ke lapisan teratas zona radiatif yang panas yang kemudian
kembali naik lagi. Peristiwa ini terus berulang menyebabkan adanya
pergerakan bolak-balik yang menyebabakan transfer energi seperti yang
terjadi saat memanaskan air dalam panci. Oleh sebab itu, zona
konvektif dikenal juga dengan nama zona pendidihan (the boiling
zone). Materi energi akan mencapai bagian atas zona konvektif dalam
waktu beberapa minggu.
4.
Fotosfer
Fotosfer
merupakan permukaan matahari yang meliputi wilayah setebal 500
kilometer dengan suhu sekitar 5.500 derajat Celcius (10.000 derajat
Fahrenheit). Sebagian besar radiasi matahari yang dilepaskan keluar
berasal dari fotosfer. Energi tersebut diobservasi sebagai sinar
matahari di bumi, 8 menit setelah meninggalkan matahari.
5.
Kromosfer
Kromosfer
adalah lapisan di atas fotosfer. Warna dari kromosfer biasanya tidak
terlihat karena tertutup cahaya yang begitu terang yang dihasilkan
fotosfer. Namun saat terjadi gerhana matahari total, di mana bulan
menutupi fotosfer, bagian kromosfer akan terlihat sebagai bingkai
berwarna merah di sekeliling matahari.Warna merah tersebut disebabkan
oleh tingginya kandungan helium di sana.
6.
Korona
Korona
merupakan lapisan terluar dari matahari. Lapisan ini berwarna putih,
namun hanya dapat dilihat saat terjadi gerhana karena cahaya yang
dipancarkan tidak sekuat bagian matahari yang lebih dalam. Saat
gerhana total terjadi, korona terlihat membentuk mahkota cahaya
berwarna putih di sekeliling matahari. Lapisan korona memiliki suhu
yang lebih tinggi dari bagian dalam matahari dengan rata- rata 2 juta
derajat Fahrenheit, namun di beberapa bagian bisa mencapai suhu 5
juta derajat Fahrenheit.