Pada
umumnya bioteknologi pertanian berupa budidaya tanaman yang
menghasilkan makanan. Bioteknologi pertanian dikembangkan dengan
cara-cara berikut.
1.
Hidroponik
Semakin
sempitnya lahan pertanian, mendorong akal pikiran manusia untuk
mendapatkan cara bercocok tanam yang tidak memerlukan tanah sebagai
medianya. Cara bercocok tanam ini dinamakan hidroponik. Pada mulanya
teknik hidroponik diperkenalkan oleh W.E. Gericke dari Universitas
California Amerika pada tahun 1929 yang berhasil menggunakan media
air sebagai pengganti tanah untuk bercocok tanam.
Selain
air sebagai media tanam, dapat juga digunakan genting, pasir,
kerikil, kertas dan lain-lain, yang disiram dengan larutan nutrien
yang diperlukan tanaman. Bagaimana hasil pengamatan Anda setelah
melihat penanaman hidroponik?
Makanan
atau nutrisi tumbuhan hidroponik diperoleh dari zat anorganik yang
dialirkan melalui pipa air. Tanaman dapat juga ditempatkan di atas
bak penampung nutrisi sehingga akar tanaman dapat menyerap nutrisi
dari bak. Jadi, akar akan selalu terendam cairan nutrisi.
Keuntungan
apa saja yang diperoleh dari penanaman secara hidroponik?
Sistem hidroponik lebih praktis dan produktif karena memanfaatkan
ruangan yang sempit (bukan kebun) atau untuk menyiasati daerah atau
tempat yang tidak dapat ditanami. Cara menanam dengan sistem ini
dapat dilakukan di mana pun dan akan diperoleh tanaman yang
sebanyak-banyaknya, serta tidak bergantung pada musim karena
dikelola secara khusus.
Penggunaan pupuk lebih efektif dan berdaya guna, yaitu dapat
dilakukan secara tepat dan tidak boros karena pada bercocok tanam di
lahan pertanian biasa, tanah sering merembeskan sebagian dari pupuk
yang diberikan ke tempat lain menjauhi tanaman sehingga perhitungan
pemberian pupuk bisa meleset.
Bebas dari serangan hama dan penyakit yang berasal dari tanah,
termasuk gulma di dalam tanah.
Mutu buah dan tanaman yang dihasilkan lebih baik.
Bagaimana
cara pelaksanaan sistem dengan hidroponik?
Penanaman teknik hidroponik dapat dilakukan di dalam pot-pot dengan
media pasir, bata merah yang dihaluskan dan steril atau arang sekam.
Bibit tanaman diambil dari tempat pembibitan di kebun biasa, tanah
yang melekat pada tanaman tersebut dibuang dengan hati-hati agar
tidak sampai merusak dan melukai akar-akarnya. Kemudian akar
tersebut dicuci dengan air pada suatu bak sampai benar-benar bersih.
Bibit tersebut siap ditanam di dalam pot hidroponik yang telah
disiapkan dengan ditimbuni pasir atau kerikil-kerikil kecil sampai
setinggi pangkal akar tanaman tersebut. Pasir atau kerikil tersebut
perlu dijaga kelembabannya terus-menerus dengan jalan disemprot
dengan air biasa. Sebaiknya jangan diberi pupuk terdahulu agar
keadaan akar menjadi segar kembali karena untuk menjaga akar yang
terluka.
Penyemprotan dilakukan terus-menerus dengan air biasa agar tetap
lembap selama 2-3 minggu.
Selanjutnya tanaman disiram dengan larutan yang mengandung pupuk,
penyiraman dengan air biasa tetap dilakukan untu menjaga kelembapan
pasir atau kerikil dan kira-kira seminggu sekali perlu ditambahkan
larutan mineral yang mengandung pupuk anorganik.
Tempat penanaman dapat digunakan pot hidroponik atau dalam bentuk
kantong-kantong plastik. Sistem pengairannya dapat menggunakan pipa
plastik atau pipa pralon berlubang yang dipasang di atas deretan
tanaman. Dapat juga langsung disiramkan pada tanaman dalam pot
hidroponik dengan periode waktu tertentu.
Untuk menjaga kesterilan kebun hidroponik dari serangan hama atau
penyakit dari luar, sebaiknya ditutup dengan plastik dibentuk
seperti rumah kaca.
Cara
bercocok tanam aeroponik sama seperti sistem hidroponik, perbedaannya
di dalam aeroponik tanaman tidak diberi media untuk tumbuhnya akar,
melainkan dibiarkan terbuka, menggantung pada suatu tempat yang
dijaga kelembapannya. Akar dan tubuh tanaman disemprot dengan larutan
pupuk yang mengandung nutrisi. Bagaimana cara tanaman aeroponik
memperoleh makanannya? Apakah keuntungan dari aeroponik ini? Coba
Anda pikirkan!
2.
Penggunaan Teknologi Nuklir
Teknologi
nuklir ternyata tidak hanya digunakan untuk urusan militer saja.
Teknologi nuklir merupakan teknologi yang berkaitan dengan penggunaan
unsur-unsur radioaktif yang dapat memancarkan sinar radioaktif,
antara lain sinar gama ( γ ), sinar alfa ( α ) dan sinar beta ( β
). Jika pengunaan sinar ini tidak terkendali maka sangat berbahaya,
tetapi apabila penggunaannya dalam dosis yang rendah sinar tersebut
dapat dimanfaatkan, antara lain berguna di bidang kedokteran,
pengawetan bahan pangan, bidang pertanian.
Manfaat
dari radioaktif terutama sinar gama ( γ ) dapat dimanfaatkan dalam
hal pemuliaan tanaman, yaitu dengan meradiasi sel atau jaringan
sehingga akan terjadi mutasi yaitu terjadinya perubahan jumlah
kromosom atau gen yang terdapat dalam inti sel, sedangkan gen itu
merupakan faktor pembawa sifat keturunan, sehingga jika terjadi
mutasi maka akan terjadi perubahan sifat keturunan dengan tujuan agar
menghasilkan atau memiliki keturunan dengan bibit unggul. Hal
tersebut sudah dilakukan di BATAN (Badan Tenaga Atom Nasional),
hasilnya adalah padi Atomita I sampai Atomita IV yang merupakan
varietas hasil dari mutasi radiasi terhadap padi Pelita I dan Pelita
II. Jenis tanaman lain yang merupakan hasil mutasi radiasi adalah
kedelai varietas Muria dan Meratus.
Hasil
dari mutasi yang sering dinamakan mutan, ternyata memiliki beberapa
keuntungan di antaranya cocok ditanam di persawahan pasang surut yang
memiliki kadar garam cukup tinggi, bersifat tetap sampai pada
keturunan selanjutnya tanpa perubahan ke sifat induk semula, tahan
wereng cokelat dan hijau, tahan penyakit busuk daun, umur lebih
pendek, dapat ditanam pada musim kemarau dalam waktu lebih singkat,
hasil panennya lebih banyak. Tanaman hasil mutasi ini bersifat
poliploidi (jumlah kromosomnya berkelipatan dari kromosom normal)
sehingga dapat memberikan hasil yang lebih tinggi, misalnya cepat
berbuah, buahnya lebih besar, dan tidak berbiji.
3.
Seleksi Fenotipe
Seleksi
fenotipe adalah memilih sifat suatu makhluk sesuai dengan sifat
unggul yang sesuai diinginkan manusia. Misalnya untuk tanaman pangan
maka yang dipilih adalah yang berproduksi tinggi, enak rasanya, dan
tahan penyakit.
Sebenarnya
seleksi fenotipe ini sudah lama dilaksanakan, contoh ketika petani
akan menanam biji kacang tanah, mereka memilih biji kacang tanah yang
besar dan tidak keriput, dengan harapan agar hasilnya yang diperoleh
sama sifatnya pada biji tersebut.