Sifat Bunyi Gelombang Bunyi - Pada
umumnya, bunyi memiliki tiga sifat, yaitu tinggi rendah bunyi, kuat
lemah bunyi, dan warna bunyi. Tinggi rendah bunyi adalah kondisi
gelombang bunyi yang diterima oleh telinga manusia berdasarkan
frekuensi (jumlah getaran per detik). Tinggi suara ( pitch)
menunjukkan sifat bunyi yang mencirikan ketinggian atau kerendahannya
terhadap seorang pengamat. Sifat ini berhubungan dengan frekuensi,
namun tidak sama. Kekerasan bunyi juga memengaruhi titi nada. Hingga
1.000 Hz, meningkatnya kekerasan mengakibatkan turunnya titi nada.
Gelombang
bunyi dibatasi oleh jangkauan frekuensi yang dapat merangsang telinga
dan otak manusia kepada sensasi pendengaran. Jangkauan ini adalah 20
Hz sampai 20.000 Hz, di mana telinga manusia normal mampu mendengar
suatu bunyi. Jangkauan frekuensi ini disebut audiosonik.
Sebuah gelombang bunyi yang memiliki frekuensi di bawah 20 Hz
dinamakan sebuah gelombang infrasonik. Sementara itu, bunyi
yang memiliki frekuensi di atas 20.000 Hz disebut ultrasonik.
Tinggi
rendah bunyi dipengaruhi frekuensi.
Banyak
hewan yang dapat mendengar bunyi yang frekuensinya di atas 20.000 Hz.
Misalnya, kelelawar dapat mendeteksi bunyi yang frekuensinya sampai
100.000 Hz, dan anjing dapat mendengar bunyi setinggi 50.000 Hz.
Kelelawar
salah satu yang mampu mendengarkan bunyi ultrasonik.
Sumber:
mustlieliek.wordpress.com
Kelelawar
menggunakan ultrasonik sebagai alat penyuara gema untuk terbang dan
berburu. Kelelawar mengeluarkan decitan yang sangat tinggi dan
menggunakan telinganya yang besar untuk menangkap mangsanya. Gema itu
memberitahu kelelawar mengenai lokasi mangsanya atau rintangan di
depannya (misalnya pohon atau dinding gua).
Kuat
lemah atau intensitas bunyi adalah kondisi gelombang bunyi yang
diterima oleh telinga manusia berdasarkan amplitudo dari gelombang
tersebut. Amplitudo adalah simpangan maksimum, yaitu
simpangan terjauh gelombang dari titik setimbangnya. Intensitas
menunjukkan sejauh mana bunyi dapat terdengar. Jika intensitasnya
kecil, bunyi akan melemah dan tidak dapat terdengar. Namun, apabila
intensitasnya besar, bunyi menjadi semakin kuat, sehingga berbahaya
bagi alat pendengaran.
Kuat
lemah bunyi dipengaruhi amplitudo
Untuk
mengetahui hubungan antara amplitudo dan kuat nada, dapat diketahui
dengan melakukan percobaan menggunakan garputala. Garputala
dipukulkan ke meja dengan dua pukulan yang berbeda, akan dihasilkan
yaitu pukulan yang keras menghasilkan bunyi yang lebih kuat. Hal ini
menunjukkan bahwa amplitudo getaran yang terjadi lebih besar. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa kuat lemahnya nada atau bunyi
bergantung pada besar kecilnya amplitudo. Semakin besar amplitudo
getaran, maka semakin kuat pula bunyi yang dihasilkan.
Warna
bunyi adalah bunyi yang diterima oleh alat pendengaran
berdasarkan sumber getarannya. Sumber getaran yang berbeda akan
menghasilkan bentuk gelombang bunyi yang berbeda pula. Hal ini
menyebabkan nada yang sama dari dua sumber getaran yang berbeda pada
telinga manusia.