Mutasi
yang terjadi karena perubahan jumlah kromosom disebut ploidi, yang
macamnya sebagai berikut.
1.
Euploidi
Euploidi
merupakan mutasi yang melibatkan pengurangan atau penambahan dalam
perangkat kromosom (genom). Jumlah kromosom di dalam genom pada
masing-masing jenis organisme berbeda-beda, misalnya pada tumbuhan
kentang adalah 12, apel adalah 17, dan gandum adalah 7. Jumlah
kromosom di dalam genom pada beberapa jenis organisme dapat dilihat
pada Tabel di bawah ini!
|
Jumlah kromosom di dalam genom pada beberapa jenis organisme |
Pada
umumnya individu normal mempunyai susunan kromosom 2n (diploid),
tetapi terjadinya mutasi akan menyebabkan sel kromosom dapat berubah.
Perubahan tersebut terlihat pada Tabel berikut.
|
Perubahan pada Kromosom |
Proses
euploid terjadi karena faktor-faktor yang dapat mempengaruhi antara
lain pemberian zat kimia, misalnya kolkisin, penggunaan suhu tinggi
dan dekapitasi. Penggunaan kolkisin dapat mempengaruhi pembelahan
sel, khususnya menghalangi pembentukan gelendong pembelahan dan
menghambat terjadinya anafase. Karena hal tersebut maka kromatid
tidak terpisah ke kutub yang bersebelahan. Dekapitasi merupakan
pemotongan tunas tanaman sehingga tunas baru yang muncul adalah
tetraploid (4n).
|
Contoh tumbuhan hasil poliploid |
Keterangan
gambar:
A.
lobak (Raphanus)
B.
hibrida diploid
C.
hibrida tetraploid (Raphanobrassica)
D.
kubis (Brassica)
Beberapa
contoh tanaman pada Gambar diatas menunjukkan contoh- contoh
terjadinya euploid. Contoh lain yaitu pada buah tomat, jeruk, apel,
semangka, gandum, dan lain-lain. Peristiwa euploid pada hewan
misalnya terjadi pada insekta, katak, yang akan menyebabkan berumur
pendek, seperti pada peristiwa digini (dibuahinya dua sel telur yang
terlindung dalam satu plasma) dan diandri (dibuahinya satu sel telur
oleh dua sperma).
2.
Aneuploid
Aneuploid
merupakan mutasi kromosom yang tidak melibatkan perubahan pada
seluruh genom, tetapi terjadi hanya pada salah satu kromosom dari
genom.
Pada
pembelahan sel, kadang-kadang terjadi gagal berpisah
(nondis-junction). Gagal berpisah dapat terjadi pada meiosis yaitu
pada saat anafase. Gagal berpisah pada meiosis I ditandai dengan
peristiwa yaitu bagian-bagian dari sepasang kromosom yang homolog
tidak bergerak memisahkan diri sebagaimana mestinya. Gagal berpisah
juga dapat terjadi pada pasangan kromatid selama anafase meiosis II.
Agar lebih jelas perhatikan Gambar berikut!
|
Sel Gagal Berpisah |
Bila
kita perhatikan Gambar diatas, terlihat salah satu gamet menerima dua
jenis kromosom yang sama dari salah satu gamet yang lain. Apabila
pada saat pembuahan, gamet-gamet yang tidak normal bersatu dengan
gamet yang normal lainnya maka akan menghasilkan keturunan aneuploid
yang memiliki jumlah kromosom yang tidak normal. Susunan kromosom
tubuh normalnya adalah 2n, namun karena mutasi maka susunan kromosom
menjadi berubah. Pada peristiwa aneuploidi terjadi pengurangan dan
penambahan kromosom. Ada yang kekurangan satu kromosom, atau dua
kromosom. Ada juga yang kelebihan satu kromosom atau dua kromosom.
Bentuk-bentuk
peristiwa aneuploid berakhiran dengan somi, sehingga aneuploid
disebut juga dengan aneusomi. Bentuk-bentuk peristiwa tersebut dapat
Anda lihat pada Tabel di bawah ini
|
Bentuk-bentuk Aneuploid |
Peristiwa
aneuploid dapat terjadi karena hal-hal berikut ini.
Pada saat anafase meiosis I, salah satu kromatid tidak melekat pada
gelendong sehingga jumlah kromosom ada yang berkurang dan ada yang
mengalami kelebihan.
Pada saat terjadinya peristiwa gagal berpisah yaitu tidak
terpisahnya kromosom homolog pada waktu profase meiosis I.
Peristiwa
aneuploid dapat terjadi pada manusia, sehingga mengakibatkan sindrom,
di antaranya sebagai berikut.
a)
Sindrom Turner
Sindrom
turner ditemukan oleh H.H. Turner pada tahun 1938. Sindrom ini
terjadi pada individu yang kehilangan kromosom Y sehingga hanya
mempunyai kromosom X. Individu pada penderita sindrom turner berjenis
kelamin perempuan. Sindrom turner memiliki susunan kromosom 22AA + XO
atau 45,XO. Penderita sindrom turner memiliki karakteristik antara
lain:
gonad abnormal dan steril;
tubuh pendek;
payudara tidak berkembang dengan baik;
memiliki leher yang bersayap;
Terjadi keterbelakangan mental;
Terdapat kelainan kardiovaskuler.
b)
Sindrom Klinefelter
Sindrom
ini ditemukan oleh Klinefelter pada tahun 1942. Sindrom klinefelter
merupakan suatu keadaan pada individu yang mempunyai kelebihan satu
kromosom, sehingga susunan kromosomnya adalah 22AA + AAY atau 47,XXY.
Sindrom klinefelter terjadi pada seorang laki-laki. Penderita ini
memiliki 47 kromosom, termasuk satu kromosom Y dan dua kromosom X.
Penderita
sindrom klinefelter memiliki ciri-ciri antara lain:
memiliki ukuran tubuh yang tinggi;
memiliki tangan dan kaki yang lebih panjang;
gonad tidak berkembang sehingga bersifat steril;
payudara berkembang;
terjadi keterbelakangan mental.
c)
Sindrom Edwards
Sindrom
edwards ditemukan oleh I.H. Edwards. Penderita sindrom ini mengalami
peristiwa trisomi pada kromosom ke-16, 17, dan 18.
Sindrom
edwards memiliki ciri-ciri antara lain:
berumur pendek, usia rata-rata hanya 6 bulan;
tengkorak berbentuk agak lonjong;
memiliki bentuk mulut yang lebih kecil;
bentuk dada pendek dan lebar;
memiliki letak telinga yang lebih rendah.
Sindrom Down
d)
Sindron Down
Sindrom
down ini mula-mula diteliti oleh Langdon Down pada tahun 1866.
Kondisi ini diberi istilah idiot mongoloid. Keadaan yang terjadi
penderita pada sindrom down disebabkan karena adanya suatu ekstra
kopi salah satu kromosom yang terkecil pada trisomi 21. Kariotipe
pada penderita sindrom down dapat dilihat pada Gambar berikut.
|
Kariotipe penderita sindrom down |
Penderita
sindrom down akan memiliki karakteristik seperti berikut.
Pada bayi yang baru lahir terdapat garis-garis pada kedua telapak
tangannya yang disebut dengan sidik dermatoglifik.
Memiliki badan yang pendek.
Memiliki bentuk wajah agak bulat.
Memiliki bentuk mata yang sipit.
Keadaan mulut sering terbuka.
Memiliki kelainan pada jantung.
Biasanya memiliki IQ rendah yaitu di bawah 75.
Aktivitas geraknya lamban.
Memiliki hidup yang lebih pendek daripada individu yang normal,
yaitu sekitar 16 tahun.
e)
Sindrom Patau
Sindrom
patau merupakan suatu keadaan pada individu yang mengalami trisomi
pada kromosom ke-13, 14, dan 15. Penderita sindrom patau memiliki
karakteristik sebagai berikut.
Berumur pendek, umumnya meninggal pada usia 3 bulan.
Memiliki polidaktili.
Ukuran struktur otak lebih kecil.
Mengalami keterbelakangan mental.
Bagian bibir memiliki celah.
Mengalami kelemahan pada jantung dan kelainan pada usus.
Demikianlah materi tentang Mutasi ini saya sampaikan, semoga bermanfaat ...