Reaksi
Oksidasi dan Reduksi -
Reaksi
kimia tidak pernah lepas dari berbagai fenomena alam yang ada di
sekitar kita. Sebagai contoh, keberadaan oksigen dalam udara
sesungguhnya merupakan lingkaran proses kimia yang dilakukan oleh
tumbuhan dan manusia dengan bantuan matahari. Tumbuhan memanfaatkan
CO2 yang dibuang manusia untuk proses fotosintesis dengan
bantuan sinar matahari. Proses fotosintesis tersebut menghasilkan O2
yang dihirup oleh manusia. Manusia mengeluarkan CO2 dan
dimanfaatkan oleh tumbuhan, begitu seterusnya membentuk sebuah
siklus.
Selain yang bersifat alamiah, reaksi oksidasi dan reduksi juga
terjadi dalam berbagai industri yang menghasilkan bahan-bahan yang
dimanfaatkan manusia. Industri pelapisan logam adalah salah satu
contoh industri yang memanfaatkan prinsip reaksi redoks.
1.
Perkembangan Konsep Reaksi Redoks
Pengetahuan
manusia mengenai reaksi redoks senantiasa berkembang. Perkembangan
konsep reaksi redoks menghasilkan dua konsep, klasik dan modern.
Awalnya,
reaksi redoks dipandang sebagai hasil dari perpindahan atom oksigen
dan hidrogen. Oksidasi merupakan proses terjadinya penangkapan
oksigen oleh suatu zat. Sementara itu reduksi adalah proses
terjadinya pelepasan oksigen oleh suatu zat. Oksidasi juga diartikan
sebagai suatu proses terjadinya pelepasan hidrogen oleh suatu zat dan
reduksi adalah suatu proses terjadinya penangkap hidrogen. Oleh
karena itu, teori klasik mengatakan bahwa oksidasi adalah proses
penangkapan oksigen dan kehilangan hidrogen. Di sisi lain, reduksi
adalah proses kehilangan oksigen dan penangkapan hidrogen.
Seiring
dilakukannya berbagai percobaan, konsep redoks juga mengalami
perkembangan. Muncullah teori yang lebih modern yang hingga saat ini
masih dipakai. Dalam teori ini disebutkan bahwa:
Oksidasi adalah proses yang menyebabkan hilangnya satu atau
lebih elektron dari dalam zat. Zat yang mengalami oksidasi menjadi
lebih positif.
Reduksi adalah proses yang menyebabkan diperolehnya satu atau
lebih elektron oleh suatu zat. Zat yang mengalami reduksi akan
menjadi lebih negatif.
Teori
ini masih dipakai hingga saat ini. Jadi proses oksidasi dan reduksi
tidak hanya dilihat dari penangkapan oksigen dan hidrogen, melainkan
dipandang sebagai proses perpindahan elektron dari zat yang satu ke
zat yang lain.
2.
Bilangan Oksidasi
Dalam
reaksi oksidasi reduksi modern, keberadaan bilangan oksidasi yang
dimiliki suatu zat sangat penting. Bilangan oksidasi adalah muatan
listrik yang seakan-akan dimiliki oleh unsur dalam suatu senyawa atau
ion. Aturan penentuan bilangan oksidasi sebagai berikut.
a.
Unsur bebas, memiliki bilangan oksidasi = 0
Contoh:
H2 , Br2 , memiliki bilangan oksidasi = 0
b.
Oksigen
Dalam
senyawa, oksigen memiliki bilangan oksidasi = –2, kecuali:
Dalam peroksida (H2O2) bilangan oksidasi O =
–1
Dalam superoksida (H2O4) bilangan oksidasi O =
1/2
Dalam OF2 bilangan oksidasi O = +2
c.
Hidrogen
Dalam
senyawa, bilangan oksidasi H = +1
Contoh:
dalam H2O, bilangan oksidasi H = 1
Dalam
hibrida, bilangan oksidasi H = –1
d.
Unsur golongan IA
Dalam
senyawa, bilangan oksidasi unsur golongan IA = +1
Contoh:
Na, K memiliki bilangan oksidasi = +1
e.
Unsur golongan IIA
Dalam
senyawa, bilangan oksidasi unsur golongan IIA = +2
Contoh:
Ba, Mg, memiliki bilangan oksidasi = +2
f. ∑
Bilangan oksidasi molekul = 0
g. ∑
Bilangan oksidasi ion = muatan ion
Contoh:
Al3+ memiliki bilangan oksidasi = +3
h.
Unsur Halogen
F
bilangan oksidasi = 0, -1
Cl
bilangan oksidasi = 0, -1, +1, +3, +5, +7
Br
bilangan oksidasi = 0, -1, +1, +5, +7
I
bilangan oksidasi = 0, -1, +1, +5, +7
3.
Reaksi Redoks Ditinjau dari Perubahan Bilangan Oksidasi
Berdasarkan
pengertian bilangan oksidasi dan aturan penentuan bilangan oksidasi,
konsep reaksi redoks dapat dijelaskan sebagai berikut.
Reaksi oksidasi adalah reaksi yang menaikkan bilangan oksidasi. Zat
yang mengalami oksidasi merupakan reduktor.
Reaksi reduksi adalah reaksi yang menurunkan bilangan oksidasi. Zat
yang mengalami reduksi merupakan oksidator.
Catatan:
Jumlah muatan di kanan dan kiri harus sama.
Jika dalam suatu reaksi tidak terjadi perubahan bilangan oksidasi,
reaksi tersebut bukan reaksi redoks.
4.
Tatanama Senyawa Berdasarkan Bilangan Oksidasi
Tata
nama senyawa berdasarkan bilangan oksidasi memiliki ketentuan sebagai
berikut.
Senyawa biner tersusun atas dua macam unsur, baik logam dan nonlogam
maupun kedua unsur-unsurnya nonlogam, nama logam didahulukan diikuti
senyawa nonlogam yang diberi akhiran –ida. Contoh:
NaCl
: natrium klorida
MgO
: magnesium oksida
Al2
S3 : aluminium sulfida
K2S
: kalium sulfida
Senyawa biner yang mengandung unsur yang memiliki lebih dari satu
bilangan oksidasi maka bilangan oksidasi unsur tersebut ditulis
dengan menggunakan angka romawi dalam tanda kurung di belakang nama
unsurnya.
Contoh:
FeO
: besi(II) oksida
Fe2O3
: besi(III) oksida
SnCl2
: timah(II) klorida
SnCl4
: timah(IV) klorida
Senyawa ionik diberi nama dengan cara menyebutkan nama kation
diikuti nama anion. Jika anion terdiri dari beberapa atom dan
mengandung unsur yang memiliki lebih dari satu macam bilangan
oksidasi, nama anion tersebut diberi imbuhan hipo-it, -it, -at, atau
per-at sesuai dengan jumlah bilangan oksidasi.
Contoh:
Na2CO3
: natrium karbonat
KCrO4
: kalium kromat
K2Cr2O7
: kalium dikromat
HclO
: asam hipoklorit (bilangan oksidasi Cl=+1)
HClO2
: asam klorit (bilangan oksidasi Cl=+3)
HClO3
: asam klorat (bilangan oksidasi Cl=+5)
HClO4
: asam perklorat (bilangan oksidasi Cl=+7)
5.
Penerapan Reaksi Redoks
Konsep
reaksi redoks banyak digunakan dalam proses industri. Beberapa
industri yang sering menggunakan reaksi redoks di antaranya sebagai
berikut.
Industri pelapisan logam
Industri
pelapisan logam adalah industri pelapisan logam dengan unsur- unsur
lain yang meningkatkan kualitas logam tersebut. Sebagai contoh
pelapisan besi dengan seng atau krom untuk menjaga besi dari
perkaratan, melapisi tembaga dengan emas.
Industri pengolahan logam
Bijih-bijih
logam umumnya terdapat dalam bentuk senyawa oksida, sulfida, dan
karbonat. Bijih-bijih sulfida dan karbonat diubah terlebih dahulu
menjadi oksida melalui pemanggangan. Setelah itu bijih oksida
direduksi menjadi logam.
Contoh:
Besi
diperoleh dengan cara mereduksi bijih besi Fe2O3
dengan reduktor kokas (C) dalam tanur tinggi. C akan teroksidasi
menjadi CO dan CO akan mereduksi Fe2O3
menjadi Fe.
2C
+ O2 → 2CO
Fe2O3
+ 3CO → 2Fe +
3CO2
Industri aki dan baterai
Aki
dan baterai merupakan sumber energi listrik searah yang bekerja
menggunakan prinsip reaksi redoks.
Reaksi
yang terjadi pada aki:
Pb(s)
+ PbO2 (s) + 4H+ (aq) + 2SO
42– (aq) →
2PbSO4 (s) + 2H2O(l)
Reaksi
yang terjadi pada baterai:
Zn(s)
+ 2MnO2 (s) + 2NH4+ (aq) →
Zn2+ (aq)+ Mn2O3 (s)+2NH3
(aq)+ H2O(l)