Proses
pembentukan tanah diawali dari pelapukan batuan, baik pelapukan fisik
maupun pelapukan kimia. Dari proses pelapukan ini, batuan akan
menjadi lunak dan berubah komposisinya. Pada tahap ini batuan yang
lapuk belum dikatakan sebagai tanah, tetapi sebagai bahan tanah
(regolith) karena masih menunjukkan struktur batuan induk.
Proses pelapukan terus berlangsung hingga akhirnya bahan induk tanah
berubah menjadi tanah. Oleh karena itu, proses pelapukan ini menjadi
awal terbentuknya tanah.
Pembentukan
tanah di bagi menjadi empat tahap, yaitu:
Batuan yang tersingkap ke permukaan bumi akan berinteraksi secara
langsung dengan atmsosfer dan hidrosfer. Pada tahap ini lingkungan
memberi pengaruh terhadap kondisi fisik. Berinteraksinya batuan
dengan atmosfer dan hidrosfer memicu terjadinya pelapukan kimiawi.
Setelah mengalami pelapukan, bagian batuan yang lapuk akan menjadi
lunak. Lalu air masuk ke dalam batuan sehingga terjadi pelapukan
lebih mendalam. Pada tahap ini di lapisan permukaan batuan telah
ditumbuhi calon makhluk hidup.
Pada tahap ke tiga ini batuan mulai ditumbuhi tumbuhan perintis.
Akar tumbuhan tersebut membentuk rekahan di lapisan batuan yang
ditumbuhinya. Di sini terjadi pelapukan biologis.
Di tahap yang terakhir tanah menjadi subur dan ditumbuhi tanaman
yang relatif besar.
Ada
beberapa faktor yang mendorong pelapukan juga berperan dalam
pembentukan tanah. Curah hujan dan sinar matahari berperan penting
dalam proses pelapukan fisik, kedua faktor tersebut merupakan
komponen iklim. Sehingga dapat disimpulkan bahwa salah satu faktor
pembentuk tanah adalah iklim. Ada beberapa faktor lain yang
memengaruhi proses pembentukan tanah, yaitu organisme, bahan
induk, topografi, dan waktu. Faktor-faktor tersebut
dapat dirumuskan sebagai berikut.
T
= f (i, o, b, t, w)
Keterangan:
T =
tanah
f =
faktor
i =
iklim
o =
organisme
b =
bahan induk
t =
topografi
w =
waktu
1.
Iklim
Unsur-unsur
iklim yang memengaruhi proses pembentukan tanah terutama unsur suhu
dan curah hujan.
Suhu/Temperature
Suhu
akan berpengaruh terhadap proses pelapukan bahan induk. Apabila
fluktuasi suhu tinggi, maka proses pelapukan akan berlangsung cepat
sehingga pembentukan tanah juga cepat.
Curah Hujan
Curah
hujan akan berpengaruh terhadap kekuatan erosi dan pencucian tanah,
sedangkan pencucian tanah yang cepat menyebabkan tanah menjadi asam
(pH tanah menjadi rendah).
2.
Organisme (Vegetasi, Jasad Renik/Mikroorganisme)
Organisme
sangat berpengaruh terhadap proses pembentukan tanah dalam hal:
Membantu proses pelapukan baik pelapukan organik maupun pelapukan
kimiawi. Pelapukan organik adalah pelapukan yang dilakukan oleh
makhluk hidup (hewan dan tumbuhan) sedangkan pelapukan kimiawi
terjadi oleh proses kimia seperti batu kapur yang larut oleh air.
Membantu proses pembentukan humus. Tumbuhan akan menghasilkan dan
menyisakan daun-daunan dan ranting-ranting yang menumpuk di
permukaan tanah. Daun dan ranting itu akan membusuk dengan bantuan
jasad renik/mikroorganisme yang ada di dalam tanah.
Pengaruh jenis vegetasi terhadap sifat-sifat tanah sangat nyata
terjadi di daerah beriklim sedang seperti di Eropa dan Amerika.
Vegetasi hutan dapat membentuk tanah hutan dengan warna merah,
sedangkan vegetasi rumput membentuk tanah berwarna hitam karena
banyak kandungan bahan organik yang berasal dari akar- akar dan
sisa-sisa rumput.
Kandungan unsur-unsur kimia yang terdapat pada tanaman berpengaruh
terhadap sifat-sifat tanah. Contoh, jenis tanaman cemara akan
memberi unsur-unsur kimia seperti Ca, Mg, dan K yang relatif rendah,
akibatnya tanah di bawah pohon cemara, derajat keasamannya lebih
tinggi daripada tanah di bawah pohon jati.
3.
Bahan Induk
Bahan
induk terdiri atas batuan vulkanik, batuan beku, batuan sedimen
(endapan), dan batuan metamorf. Batuan induk itu akan hancur menjadi
bahan induk, kemudian akan mengalami pelapukan dan menjadi tanah.
Tanah yang terdapat di permukaan bumi sebagian memperlihatkan sifat
(terutama sifat kimia) yang sama dengan bahan induknya.
Bahan
induk terkadang masih terlihat pada tanah baru, misalnya tanah
bertekstur pasir berasal dari bahan induk yang kandungan pasirnya
tinggi. Susunan kimia dan mineral bahan induk akan memengaruhi
intensitas tingkat pelapukan dan vegetasi di atasnya. Bahan induk
yang banyak mengandung unsur Ca akan membentuk tanah dengan kadar ion
Ca yang banyak pula, akibatnya pencucian asam silikat dapat dihindari
dan sebagian lagi dapat membentuk tanah yang berwarna kelabu.
Sebaliknya bahan induk yang kurang kandungan kapurnya membentuk tanah
yang warnanya lebih merah.
4.
Topografi/Relief
Keadaan
relief suatu daerah akan memengaruhi:
Tebal atau Tipisnya Lapisan Tanah
Daerah
yang memiliki topografi miring dan berbukit, lapisan tanahnya lebih
tipis karena tererosi sedangkan daerah yang datar lapisan tanahnya
tebal karena terjadi sedimentasi.
Sistem Drainase/Pengaliran
Daerah
yang drainasenya tidak bagus seperti sering tergenang menyebabkan
tanahnya menjadi asam.
5.
Waktu
Tanah
merupakan benda alam yang terus-menerus berubah, akibat pelapukan dan
pencucian yang terus-menerus. Oleh karena itu, tanah akan menjadi
semakin tua. Mineral yang banyak mengandung unsur hara telah habis
mengalami pelapukan, sehingga tinggal mineral yang sukar lapuk
seperti kuarsa. Karena proses pembentukan tanah yang terus berjalan,
maka induk tanah berubah berturut-turut menjadi tanah muda, tanah
dewasa, dan tanah tua.
Tanah
muda ditandai oleh masih tampaknya pencampuran antara bahan organik
dan bahan mineral atau masih tampaknya struktur bahan induknya.
Contoh tanah muda adalah tanah aluvial, regosol, dan litosol. Tanah
dewasa ditandai oleh proses yang lebih lanjut sehingga tanah muda
dapat berubah menjadi tanah dewasa, yaitu dengan proses pembentukan
horizon B. Contoh tanah dewasa adalah andosol, latosol, dan grumusol.
Tanah
tua proses pembentukan tanah berlangsung lebih lanjut sehingga
terjadi proses perubahan-perubahan yang nyata pada perlapisan tanah.
Contoh tanah pada tingkat tua adalah jenis tanah podsolik dan latosol
tua (laterit).
Lamanya
waktu yang diperlukan untuk pembentukan tanah berbeda-beda. Bahan
induk vulkanik yang lepas-lepas seperti abu vulkanik memerlukan waktu
100 tahun untuk membentuk tanah muda dan 1.000–10.000 tahun untuk
membentuk tanah dewasa. Dengan melihat perbedaan sifat faktor-faktor
pembentuk tanah tersebut, pada suatu tempat tentunya akan
menghasilkan ciri dan jenis tanah yang berbeda-beda pula. Sifat dan
jenis tanah sangat tergantung pada sifat-sifat faktor pembentukan
tanah. Kepulauan Indonesia mempunyai berbagai tipe kondisi alam yang
menyebabkan adanya perbedaan sifat dan jenis tanah di berbagai
wilayah, akibatnya tingkat kesuburan tanah di Indonesia juga
berbeda-beda.